Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2023 mencatat bahwa bawah jumlah penduduk generasi Z akan mencapai kurang lebih 60 juta jiwa atau sekitar 22% dari total penduduk Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa generasi Z merupakan bagian penting dalam masyarakat dan berpotensi menentukan masa depan negara.
Di era digital saat ini, jelas diperlukan pendekatan khusus untuk berkomunikasi dengan generasi Z. Bahkan bagi generasi terdekatnya yaitu generasi milenial, mereka pun memerlukan tips dan trik tersendiri untuk menghadapi generasi ‘adiknya’ yang kini mendominasi penduduk Indonesia.
Salah satu ciri khas generasi Z adalah ketergantungan mereka terhadap media digital. Menurut buku Digital Indonesia: Konektivitas dan Divergensi karya Edwin Jurriëns dan Ross Tapsell, generasi Z tumbuh seiring dengan perkembangan internet dan media sosial yang mempengaruhi cara mereka berkomunikasi dan berinteraksi (Jurriëns & Tapsell, 2017). Oleh karenanya, generasi Z yang rentang kelahirannya antara tahun 1997 hingga 2012 ini, lebih memilih komunikasi online daripada tatap muka. Sekitar 85% dari mereka belajar lebih banyak tentang berbagai hal melalui media sosial dan lebih sering mengobrol dengan teman-temannya melalui media sosial dan platform obrolan online (Statista, 2023).
Generasi Z juga lebih mudah menerima informasi melalui format interaktif dan kreatif dalam format gambar dan video, daripada teks biasa. Mereka pun sangat selektif dalam memilih konten yang akan dikonsumsi dan dibagikan. Pesan yang disampaikan harus sangat relevan, menarik dan autentik agar dapat diterima. Konten yang bersifat kolaboratif pun sangat disukai oleh generasi ini.
Generasi Z juga dikenal sebagai konsumen yang sangat memperhatikan etika dan nilai. Mereka cenderung mendukung merek yang menunjukkan tanggung jawab sosial dan keberlanjutan. Transparansi dan kejujuran adalah kunci untuk membangun kepercayaan pada generasi ini (Deloitte, 2021).
Oleh karenanya, para praktisi kehumasan perlu menemukan cara terbaik berinteraksi dengan generasi Z saat akan menyampaikan pesan atau melakukan kampanye komunikasi. Praktisi kehumasan dituntut senantiasa memperbaharui alat-alat kerjanya dengan mengenal platform-platform komunikasi digital, termasuk kemampuan mengamplifikasi pesan secara efektif melalui berbagai fitur, seperti penggunaan SEO yang tepat, iklan di media sosial, hingga melibatkan berbagai tipe influencer. Tidak hanya itu, kebiasaan generasi Z yang lebih menyukai teks pendek, memaksa para praktisi kehumasan untuk mengelola pesan secara kreatif, pendek, namun tetap bermakna. Dasar-dasar kehumasan konvensional pun berevolusi menjadi pendekatan digital.
Sebagai contoh, sebuah kampanye “Berkain Gembira” mengajak masyarakat, terutama generasi Z, untuk mengenakan kain tradisional dalam kehidupan sehari-hari. Kampanye ini memanfaatkan media sosial seperti Instagram dan TikTok untuk menyebarkan pesan, menggunakan tagar #BerkainGembira untuk mendorong partisipasi. Konten yang dibagikan meliputi tutorial memakai kain, tantangan berkain, dan kolaborasi dengan influencer untuk menarik perhatian generasi Z. Kampanye ini berhasil menarik perhatian ribuan pengguna media sosial,dengan banyaknya partisipasi dalam kuis dan penggunaan tagar #BerkainGembira. Kampanye ini juga berhasil meningkatkan kesadaran terhadap kain tradisional sebagai bagian dari identitas budaya di kalangan generasi Z. Hal ini terlihat dari umpan balik positif dari komunitas online yang menunjukkan dukungan terhadap pelestarian budaya melalui kampanye ini.
Dengan menggabungkan komunikasi yang selaras dengan nilai-nilai yang dianut generasi Z, para praktisi kehumasan dapat memaksimalkan potensi dan menciptakan perubahan positif pada generasi muda. Praktisi PR harus beradaptasi dan mengembangkan strategi komunikasi yang relevan dan efektif untuk dapat terlibat dengan generasi Z. Dengan menyesuaikan pilihan teknologi informasi, mempertimbangkan preferensi sosial, dan karakter generasi, bisnis dapat mengembangkan strategi komunikasi yang positif dan efektif di era digital.
Penulis: Dewi Inggita
Editor: Dewi Bastina